Cerpen : Desa hilang karena di tanam bibit pohon ajaib

Asalamualaikum...war..wab...

halo sahabat semua terimakasih sudah mampir melihat cerpen saya,bagi yang suka baca-baca silakan lihat cerpen disini semoga suka dan sering-sering membaca ya karena membaca juga bisa menambah pengetahuan kita,selamat membaca semoga terhibur.


Desa hilang karena di tanam bibit pohon ajaib

Pagi indah dan hijaunya daun jambu  di samping rumah burung-burung ikut menerpa daun hijau itu,saat menatap ke sebelah timur sana burungpun ikut bersuara menambah keindahan disaat detik-detik senja akan terlihat.Pagi ini aku telah melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan dengan Umurku saat ini yang sudah memasuki 21 tahun masih memberiku kesempatan untuk melihat indahnya dunia ini.Terdengar suara memanggil dari ruang dapur “mita ayo siap-siap sekarangkan kamu pulang liburan” itulah nama panggilanku yang sering di panggil orang,Tak lama akupun bergegas mandi agar cepat berangkat ke kampung kelahirannku karena sudah tak sabar lagi ingin bertemu sama ayah dan ibu juga nenek yang aku rindukan.Karena hari ini hari pertama aku libur kuliah aku harus pulang ke kampung halamanku agar bisa liburan lama disana berhubung sedang musim panen padi aku ingin menghabiskan waktu liburan untuk membantu ibu memanen.Sebelum berangkat bibi tidak pernah lupa mengingatkan untuk sarapan dulu tapi karena aku takut ketinggalan sama angkot yang biasanya menjadi langganan orang-orang yang jalurnya menuju ke desa,jadi aku membawa bekal saja.
Aku segera bergegas menuju pasar taliwang tempat pangkalan angkot itu.Untungnya tepat waktu kalau tidak pasti angkot itu sudah berangkat karena penumpangnya sudah banyak dan syukurnya masih ada tersisa tempat untuk duduk,tak lama setelah semua barang-barang penumpang diatur kitapun berangkat.Setelah melewati beberapa 5 desa sampailah kita pada desa tempat terakhir berhentinya angkot,penumpangpun turun dan barang-barang juga di turunkan dari angkot walaupun sudah sampai tapi desa kelahiranku belum sampai,bisa di bilang  desa terakhir di kecamatan Brang Rea itu adalah desa kelahiranku.Setelah turun dari angkot aku juga mampir di warung tempat menunggunya penumpang,tapi warung ini bisa dijadikan tempat istirahat sementera oleh orang naik ke desaku maupun turun dari desa,orang desa biasanya bilang naik turun desa  karena untuk sampai ke desaku harus melewati gunung-gunung yang tinggi juga  bebatuan dan jalan menuju desa kelahiranku itu masih tanah biasa tampa aspal,selain jauh gunung yang tinggi juga bebatuan yang ada di jalan membuat  susahnya berjalan kendaraan jadi untuk mobil dan kendaran biasa tidak bisa dibawa kesana karena hanya truk yang bisa di jadikan sarana oleh orang didesa juga kendaraan seperti motor  bagi yang mahir saja bisa menggunakan kendaraan sendiri.Setelah 1 jam lamanya menunggu dan bekalpun sudah habis truk yang di tunggu akhirnya datang,aku dan penumpang lainnyapun naik ke atas truk itu berhubung belum ada orang didepan jadi aku duduk aja di samping supir truk itu karena sudah pernah ngerasain gimana rasanya kalau naik di belakan truk itu yang nantinya gak bisa duduk Cuma bisa berdiri karena di tengah perjalanan nanti akan diombang ambing oleh truk itu karena banyak batu jadi jalannya tidak seenak naik kendaraan diatas jalan aspal.Berhubung penumpang sudah naik semua kitapun berangkat menuju desa dengan hati-hati tapi hujan juga sangat di kawatirkan oleh penumpang karena jika hujan truk tidak akan bisa berjalan hujan bisa menyebabkan jalan becek dan licin sehingga tidak bias naik melewati tanjakan gunung ke desa,tapi cuacanya hari ini cerah jadi penumpang tidak terlalu kawatir dan truk berjalan lancar meskipun melewati batu-batu kecil dan tingginya tanjakan.

Truk terus berjalan karena desa  kelahirannku jauh dan bisa menempuh perjalanan 2 jam jadi dalam perjalan aku melihat pemandangan yang sudah lama tidak aku lihat yang hanya setahun sekali melihatnya tapi kini sudah berubah,pohon yang dulunya pendek kini sudah semakin tinggi dan lebatnya juga hujaunya pepohanan membuat perjalanku tidak membosankan karena bisa melihat pemandangan indah selain pepohonan dan kicauan burung penumpang juga bisa melihat indahnya kota dari atas tanjakan juga sawah-sawah yang terlihat hijau membuat hati semakin tenang melihat keindahan alam di bawah sana.Ada tanjakan yang paling aku sukai di antara tanjakan lain yang kami lewati karena ada 1 pemandangan yang bisa di lihat sangat indah di pandang mata yaitu gunung rinjani pulau Lombok,Nampak jelas terlihat di jauh sana dan perlahan mulai menghilang dari pandangan karena truk trus berjalan akupun memalingkan wajahku ke arah depan karena perjalan menuju desa semakin dekat.Banyak pemandangan indah dalam perjalanan ini meskipun truk berjalan tapi penumpang  tidak pernah memalingkan wajah mereka dari pemandangan indah di samping jalan yang kami lewati,terlihat di samping jalan ada air yang mengalir jernih dengan suara aliran yang deras serasa ingin berhenti merasakan sejuknya air gunung yang langsung mengalir dari batu-batu nan indah,truk terus berjalan menuju kampung setelah beberapa menit mulai dekat dengan desa pertama,sawah penduduk mulai terlihat juga sungai yang ada disawah itu bisa terlihat dari atas truk juga terlihat lebatnya pohon kopi dengan biji hijau merah sangat terlihat jelas oleh penumpang.Setelah melewati sawah itu sampailah kita pada desa yang pertama yaitu desa Rarak kemudian truk melaju ke arah dalam kampung untuk mengantar penumpang,terlihat pemandangan desa yang sangat subur dan penduduk yang ramah yang selalu tersenyum meskipun dengan orang baru mereka mempersilahkan mampir ke rumah mereka.Penumpang sudah diturunkan hanya beberapa orang saja yang melanjutkan perjalanan menuju desa kelahirannku,setelah keluar dari kampung itu kita juga bisa melihat luasnya lapangan sepak bolak di kampung ini truk terus berjalan.Ditengah perjalanan ada sebuah danau yang akan dilewati oleh truk,danau yang sangat indah meskipun ditengah banyak batu sehingga membuat truk susah berjalan tapi jernihnya air danau yang mengalir deras serasa ingin menyelam jauh ketengah sana,tapi karena truk sudah bisa melewati danau ini perjalanan dilanjutkan terhitung beberapa menit saja akan sampai pada tujuan.Tidak jauh dari danau tadi ada sungai kecil yang mengalir deras kemudian tanjakan di depan mata tidak sengaja aku menoleh kesamping terlihat sawah yang sangat indah dan penduduk yang sedang panen dalam sawah yang sangat luas itu juga tingginya pohon kelapa itu membuatku mengingat segala hal tentang masa kecilku.Selang beberapa menit perjalan kini detik menuju desa terasa sangat dekat,berbeda rasanya karena sudah lama tidak pulang hanya menuntut ilmu saja jadi kurangnya waktu berkunjung ke desa akhirnya bisa melihat indahnya lapangan sepak bola yang luas itu juga gerbang menuju ke dalam desaku setelah melewati gerbang desa itu lagi,inilah tanah kelahiranku desa Ronges yang sangat terpencil yang merupakan desa yang terakhir dan terkenal dengan kopi rabustanya.Trukpun menanjak menujuh rumahku yang sangat tinggi tanjakannya bisa dibilang rumah terakhir dari ujung desa ini.Ketika sampai di depan rumah sudah terlihat di tengah pintu sosok yang bahagia ketika bertatap muka denganku yaitu ayah dan ibu yang selalu menunggu kepulanganku,aku memeluk mereka dengan rasa haru sudah lama tidak bertemu setelah itu aku membawa barang-barangku menuju kamarku,ketika pertama aku melangkahkan kaki ke dalam kamar langsung teringat masa-masa kecil dan ku pegang dinding kayu ada banyak coretan disana akupun langsung merebahkan kepala dibantal tak lama kemudian akupun terlelap setelah perjalanan melelakan tadi.Seperti biasa ketika menjelang malam tiba orang-orang di desa mulai  menyalakan mesin jenset mereka berhubung tidak ada listrik disana bagi yang tidak punya mesin jenset mereka menggunakan penerang biasa yang mereka buat sendiri seperti lilin tapi mereka menggunakan kaleng dan minyak tanah yang dibuat sedemikian rupah di jadikan seperti  obor.Pagi yang sangat indah ada keindaan yang lebih indah dari pagi sebelumnya seperti masa kecil ketika bangun pagi aku duduk di atas tangga rumah menghirup udara segarnya didesa sambil menghadap ke  arah timur aku melihat indahnya pegunungan dengan kabut-kabut yang masi tebal dan burung-burung terlihat ramai berterbangan.”Mita ayo sarapan dulu nak katanya mau ikut panen ke sawah”suara ibu memanggil karena harus berangkat ke sawah pagi-pagi,orang didesa sudah terbiasa berangkat ke sawah pagi sebelum terbit matahari kadang ada yang berangkat ke sawah sebelum terang.Tapi karena ibu dan keluarga sudah biasa berangkat ke sawah pagi-pagi akupun ikut dengan mereka,setelah sampai disawah akupun langsung mengambil sabit dan ikut dengan ibu menuju tengah sawah-sawah disana sudah ada barisan kakek juga paman yang sedang memotong padi,akupun menghampiri mereka dan aku mengambil posisi dekat tebing karena aku takut dengan lintah,jadi kalau lihat lintah langsung naik ke tebing,tak lama terdengar suara paman yang usil melempar tanah dari jauh sana supaya aku kaget kirain lintah akupun berteriak ternyata itu Cuma tanah,aku melanjutkan terus memotong padi dan terdengar suara sepupu yang bertanya sama kakek” Kakek benar gak sih desa hilang itu” akupun ikut bertanya sama kakek “kakek boleh tidak kita pergi kedesa itu” dengan keras kakek menjawab “ah kamu mita tempatnya melewati kebun kopi kakek yang jauh disana lagian sudah banyak di tumbuhi pohon dan sudah lebat jadi hutan.Setelah mendengarkan omongan kakek akupun diam dan terus  melanjutkan memotong padi dengan sabit ditanganku,tapi dalam diam itu aku ingat tentang cerita dari nenek tentang desa hilang itu aku jadi ingin pergi meskipun sendiri.Awal mulanya desa itu dipenuhi penduduk seperti penduduk didesaku dan sama terpencilnya tapi desa itu jauh dan sekarang sudah menjadi hutan.Dulu penduduk disana sama ramainya seperti didesa mereka juga menanam kopi juga buah-buahan lain di kebun mereka jadi di tempat mereka lebih bagus di tanam buah ketimbang di desaku tidak bisa di tanami buah seperti apel dan anggur,karena tidak bisa tumbuh walaupun tumbuh rasanya tidak akan semanis yang di jual orang sekarang ini,tapi didesa hilang itu sangat cocok di tanam buah-buahan seperti anggur dan apel.Pada suatu waktu penduduk disana sibuk betani dan sorenya mereka pergi mengambil air ke sungai ramai-ramai karena masih pedesaan jadi mereka hanya memamfaatkan sumber daya alam yang ada dan ketika mereka mengambil air bukan hanya perempuan saja yang pergi tetapi yang laki-laki juga ikut serta membatu,setelah lama mengantri ada seseorang lelaki yang terakhir belum mengambil air karena dia membawa 2 ember sekalian berhubung istrinya sedang menunggu dirumah dia sengaja menyuruh yang lainnya terlebih dahulu dan dia sendiri yang terakhir kemudian yang lainnya sudah pulang dan dia mulai mengisi air ke embernya sampai penuh,sambil mengisi air dia memegang dadanya “Ya Tuhan kenapa perasaanku tidak enak apa yang akan terjadi” karena dia kawatir istri dan anaknya menunggu  di rumah diapun bergegas pulang dengan membawa kedua ember itu satu disebelah kanan dan satu di tangan kirinya.Sudah lama berjalan lelaki ini kemudian berhenti karena dia kelelahan tidak bisa mengangkat lagi air yang dia bawa dan dia duduk sementara kemudian dia menoleh kesampingnya terlihat pohon yang pendek tidak terlalu tinggi dan masih bisa di jangkau olehnya,setelah beberapa menit melihat pohon  yang daunnya sangat hijau itu terlintas ide menarik dalam otaknya dia mengambil ranting yang kuat dari pohon itu kebetulan dia membawa pisau diapun memotongnya dan akan dijadikan kayu untuk memikul embernya dan dia memotong sedemikian rupa agar bisa dipakai dengan nyaman di pundaknya,usai memotong kayu itu dia akan beranjak tapi terlintas dia melihat bibit pohon itu yang akan tumbuh,kemudian melihat lagi dengat jelas dan mencabut dengan akar-akarnya,diapun membawa pulang dan memikul kedua embernya dengan kayu yang tadi setelah berjalan beberapa lama lelaki itupun sampai pada gerbang desanya diapun berhenti sejenak karena kelelahan setelah duduk beberapa menit  dia melihat kembali bibit pohon yang telah diambil tadi karena dia tidak mau repot membawa pulang diapun menanam bibit pohon itu di samping gerbang desa tersebut dan kayu yang dijadikan sebagai pemikul tadi dia tanamakan juga bersama pohon itu disamping gerbang,setelah bibit itu dan kayu itu ditanam dia melihat keatas awan tiba-tiba saja  awan mendung dan petir hanya berbunyi 1 kali,kemudian dia bergegas dan langsung kembali ke rumahnya karena dia pikir akan hujan,setelah berjalan di tengah desa dia melihat penduduk seperti biasa ramainya kemudian dia menghampiri kelompok ibu-ibu yang sedang ngobrol” ibu dengar petir tadi tidak sepertinya mau hujan”kemudian seorang ibu menjawab”iya petirnya sangat keras coba lihat ke atas sana” ternyata cuacanya sudah cerah dan kelihatan terik matahari merekapun heran karena tidak seperti biasanya dan lelaki itu berkata pada ibu-ibu itu”ah sudah biasa mungkin tidak jadi hujan” kemudian dia  langsung kembali kerumahnya dan seperti biasanya mereka berkumpul dengan anak-anak mereka.Keesokan harinya datang seorang penduduk desa Ronges tapi setibanya di gerbang desa dia tidak melihat apa-apa didesa itu hanya tanah kosong seperti lapangan juga gerbang yang ikut hilang,orang itu kaget dia bisa mendengar ramainya suara penduduk desa hilang itu,suara ayam berkokok di pagi haripun terdengar karena dia kaget dia langsung berlari ke kampung sebelah dan diceritakan pada orang-orang didesa,orang desa Rongespun segera berlalari menuju desa hilang itu dan setibanya mereka di desa hilang mereka kaget dan melihat kayu yang telah di tanam itu.Itulah awal hilang desa itu setelah beberapa tahun lamanya ada beberapa rombongan pemburu melewati desa itu yang tadinya kosong seperti lapangan kini sudah ditumbuhi pohon juga terlihat satu pohon yang sangat besar yang bisa dijadikan tanda bahwa disitulah tempat desa hilang itu tapi kelompok pemburu ini mendengar ayam berkokok dan mereka melihat ke pohon besar itu terlihat anggur yang sangat segar di pohon tapi ketika mereka ingin memetiknya anggur itu hilang,pemburu juga melihat piring-piring jaman dahulu karena benda seperti itu sangat berhaga mereka berniat mengambil piring itu tapi ketika ingin memegang piring itu hilang.Itulah ingatanku yang dulu pernah di ceritakan nenek tentang desa hilang itu,kemudian keesokan harinya aku berniat pergi kesana tampa memberitahukan siapa-siapa,karena aku takut kesasar akupun mengajak pamanku yang paling kecil aku mengajaknya tampa di ketahui oleh kakek dan ibu.Pagi-pagi kami berangkat dengan alasan aku mau ke kantor desa untuk mengambil data penduduk sebagai tugas kuliah di temani sama paman,pamanpun membawa segala hal siapa tahu terjadi apa-apa dia juga membawa anjingnya yang biasa diajak berburu mencari rusa.Kami mulai berjalan pelan-pelan dengan paman sambil mengiring anjing paman akupun mengikutinya karena aku takut sama babi hutan jadi aku tidak bisa jauh dengan paman ,setelah melewati kebun kopi kakek,kami sampai di tengah-tengah hutan dan ntah kenapa anjing mengongong sambil berputar pamanpun berusaha menenangkannya ketika melihat keatas pohon sangat lebat dan susah melihat matahari ternyata kami tersesat padahal sudah mengikuti jalan meskipun jalannya sudah di tumbuhi rumput,kemudian paman membuka bajunya  dan mencari arah matahari diapun duduk sebentar diatas batu sambil  membelakangi matahari ,aku kaget dan nanya sama paman kenapa bajunya di buka,ternyata paman mengikuti kata kakek orang dulu kalau tersesat di suru buka baju sambil menacari arah matahari karena bisa jadi yang bikin tersesat itu jin,jadi Cuma bisa ikut kemana paman berjalan dan anjingnya menggong terus.Setelah lama menyusuri hutan paman berhenti dan melihat ke pohon yang sangat besar dan paman bilang uda sampai “ah benar gak ini tempatnya paman kenapa sudah jadi hutan lebat kaya gini” paman menjawab “benar” karena sudah sangat lama mungkin juga kakek nenek kita belum lahir desa hilang sudah ada,tapi ketika paman menyuruhku diam sejenak terdengar suara ayam berkokok seperti biasanya aku bangun pagi mendengar ayam berkokok tapi tidak lama setelah melihat-lihat kami langsung pulang karena paman takut terjadi apa-apa takut tersesat lagi dan karena banyak babi hutan juga kamipun langsung pulang.Akhirnya meskipun kurang percaya waktu sd sekarang aku jadi percaya ketika sudah pergi sendiri dan legenda hilangnya desa itu tetap di ingat oleh penduduk di kampung karena mereka juga percaya kalau desa hilang itu benar-benar ada.

No comments:

Post a Comment